Vriskila Piolawanti R
Fakultas Teknil Sipil dan Perencanaan, Universitas Internasional Batam
Email: vpiolawanti@gmail.com
Abstract
The rapid advancement of digital technology has transformed Indonesia’s financial landscape, encouraging a shift from cash-based to cashless transactions. One of the key innovations supporting this transformation is the Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS), a unified digital payment system developed by Bank Indonesia in collaboration with the Indonesian Payment System Association (ASPI). Implemented nationally since 2020, QRIS has simplified digital transactions across platforms, promoting efficiency, security, and financial inclusion. However, challenges remain, particularly in rural areas where digital and financial literacy levels are still low and internet infrastructure is inadequate. This paper proposes the QRIS Digital Literacy Movement as an educational and inclusive solution to bridge these gaps. The program aims to strengthen public understanding, skills, and confidence in using QRIS safely and effectively through collaborative efforts among the government, educational institutions, and local communities. By integrating digital financial education into formal schooling and utilizing online campaigns, the initiative seeks to foster awareness and participation among all segments of society, especially Gen Z. The results of implementing this movement are expected to create a more digitally literate, financially empowered, and inclusive community. QRIS thus serves not only as a modern payment tool but also as an instrument for economic empowerment. Strengthened digital literacy, supported by equitable infrastructure and collaborative policy, will accelerate Indonesia’s transition toward a sustainable and competitive digital economy.
Keywords: QRIS, digital literacy, financial inclusion, fintech innovation, Gen Z
Abstrak
Kemajuan teknologi digital telah membawa transformasi besar dalam lanskap keuangan Indonesia, mendorong pergeseran dari transaksi berbasis tunai menuju sistem pembayaran non-tunai. Salah satu inovasi utama yang mendukung perubahan ini adalah Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS), sistem pembayaran digital terpadu yang dikembangkan oleh Bank Indonesia bersama Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI). Sejak diterapkan secara nasional pada tahun 2020, QRIS telah menyederhanakan transaksi digital lintas platform, meningkatkan efisiensi, keamanan, dan inklusi keuangan. Namun demikian, tantangan masih muncul terutama di wilayah pedesaan yang memiliki tingkat literasi digital rendah dan keterbatasan infrastruktur internet. Tulisan ini mengusulkan Gerakan Literasi Digital QRIS sebagai solusi edukatif dan inklusif untuk menjembatani kesenjangan tersebut. Program ini bertujuan meningkatkan pemahaman, keterampilan, dan kepercayaan masyarakat dalam menggunakan QRIS secara aman dan produktif melalui kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan komunitas lokal. Integrasi literasi keuangan digital dalam sistem pendidikan formal serta kampanye daring diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran dan partisipasi masyarakat, khususnya generasi Z yang aktif di dunia digital. Implementasi gerakan ini diharapkan dapat menciptakan masyarakat yang lebih melek digital, mandiri secara finansial, dan inklusif. Dengan demikian, QRIS tidak hanya berfungsi sebagai alat pembayaran modern, tetapi juga sebagai instrumen pemberdayaan ekonomi. Peningkatan literasi digital yang didukung oleh infrastruktur merata dan kebijakan kolaboratif akan mempercepat transisi Indonesia menuju ekonomi digital yang berdaya saing dan berkelanjutan.
Kata kunci: QRIS, literasi digital, inklusi keuangan, inovasi fintech, generasi Z
Latar Belakang
Kemunculan teknologi digital telah memicu transformasi mendalam di berbagai aspek kehidupan manusia, terutama di sektor keuangan. Di era transformasi digital saat ini, aktivitas ekonomi telah melampaui batas transaksi tunai, mengalami transisi menuju sistem pembayaran non-tunai yang lebih efisien dan modern. Pemerintah Indonesia juga mendorong percepatan digitalisasi ekonomi melalui program Gerakan Nasional Tanpa Tunai (GNNT) dan Rencana Induk Sistem Pembayaran Indonesia 2025, yang menekankan pentingnya kolaborasi antara inovasi teknologi dan sistem keuangan nasional. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi memainkan peran kunci dalam pembentukan ekosistem keuangan yang inklusif, aman, dan kompetitif secara global.
Dalam konteks nasional, perkembangan teknologi keuangan (fintech) telah berkembang pesat dalam lima tahun terakhir. Perusahaan-perusahaan ini menawarkan berbagai layanan, termasuk pembayaran digital, pinjaman online, dan investasi. Informasi ini didasarkan pada data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2024. Peningkatan ini sejalan dengan perubahan perilaku konsumen yang semakin mengarah pada transaksi digital yang difasilitasi oleh dompet elektronik seperti GoPay, OVO, DANA, dan ShopeePay. Namun, keragaman sistem pembayaran dari masing-masing penyedia layanan telah menciptakan hambatan dalam integrasi lintas platform transaksi. Kondisi ini kemudian memicu pembentukan sistem pembayaran nasional terintegrasi berbasis teknologi yang disebut QRIS.
Penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) merupakan contoh signifikan dari transformasi teknologi di sektor keuangan Indonesia. Inisiatif ini, yang dikembangkan oleh Bank Indonesia bekerja sama dengan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI), mewakili kemajuan yang signifikan di bidang teknologi keuangan. Quick Response Code (QR) ini telah diterapkan secara nasional sejak 1 Januari 2020, dirancang untuk mengatasi keragaman sistem kode pembayaran yang sebelumnya digunakan oleh berbagai penyedia layanan dompet digital. Implementasi kode standar terpadu ini telah memudahkan transaksi digital lintas platform, sehingga meningkatkan efisiensi, kecepatan, dan keamanan. Inovasi ini tidak hanya menyederhanakan sistem pembayaran, tetapi juga mendukung Gerakan Nasional Tanpa Tunai (GNNT) dan memperluas akses inklusi keuangan bagi usaha mikro dan kecil. Oleh karena itu, QRIS dapat dianggap sebagai langkah strategis dalam pembangunan ekosistem keuangan digital yang efisien, adaptif, dan inklusif di era ekonomi digital.
Meskipun terdapat berbagai keuntungan yang melekat dalam implementasi QRIS, terdapat sejumlah tantangan yang terkait dengan penggunaannya di masyarakat. Menurut laporan (Bank Indonesia, 2024), jumlah pengguna QRIS telah mencapai lebih dari 50 juta pengguna aktif, dengan nilai transaksi melebihi IDR 266 triliun sepanjang tahun. Angka ini menunjukkan peningkatan yang signifikan; namun, distribusinya di seluruh Indonesia masih tidak merata. Tantangan utama terkait dengan rendahnya literasi digital dan keuangan, terutama di kalangan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di daerah pedesaan. Selain itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) melaporkan bahwa masih ada lebih dari 12.000 desa di Indonesia yang belum memiliki akses internet yang memadai. Faktor ini menyebabkan sebagian penduduk terus mengandalkan uang tunai sebagai alat tukar, karena dianggap praktis dan mudah dikelola. Akibatnya, meskipun QRIS merupakan inovasi pionir, kesuksesannya bergantung pada peningkatan literasi digital dan perluasan infrastruktur pendukung.
Untuk mengoptimalkan implementasi QRIS sebagai bagian dari pengembangan teknologi keuangan nasional, langkah-langkah konkret diperlukan dalam bentuk pendidikan literasi digital dan keuangan yang berkelanjutan bagi masyarakat. Pemerintah, bekerja sama dengan Bank Indonesia, memiliki kemampuan untuk memperkuat inisiatif kolaboratif dengan lembaga pendidikan, komunitas UMKM, dan penyedia layanan digital guna mengadakan pelatihan tentang penggunaan QRIS yang aman dan produktif. Selain itu, sangat penting untuk menyamakan infrastruktur jaringan internet guna memastikan penyebaran transaksi digital ke semua lapisan masyarakat. Peningkatan literasi dan kemudahan akses digital seperti QRIS tidak hanya berfungsi sebagai alat transaksi, tetapi juga sebagai sarana pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat. Diperkirakan bahwa implementasi teknologi keuangan, yang diwakili oleh QRIS, akan memperkuat struktur dasar ekonomi digital Indonesia, yang ditandai oleh inklusivitas, transparansi, dan keberlanjutan.
Ide/Gagasan dan Solusi
Permasalahan rendahnya literasi digital serta ketimpangan akses terhadap sistem pembayaran berbasis Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) menuntut adanya langkah strategis yang bersifat edukatif dan inklusif. Meskipun QRIS telah diperkenalkan secara luas oleh Bank Indonesia, masih banyak masyarakat dan pelaku usaha kecil yang belum memahami potensi dan keamanannya. Kondisi ini menunjukkan bahwa inovasi teknologi keuangan belum sepenuhnya diimbangi oleh peningkatan literasi digital masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya gagasan yang tidak hanya berfokus pada penggunaan teknologi, tetapi juga pemberdayaan sumber daya manusia. Gagasan tersebut diharapkan dapat menghubungkan kemajuan teknologi dengan peningkatan kapasitas masyarakat dalam bertransaksi secara digital.
Salah satu solusi yang dapat diimplementasikan adalah melalui program “Gerakan Literasi Digital QRIS”. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kepercayaan masyarakat dalam menggunakan QRIS sebagai alat transaksi keuangan yang efisien dan aman. Pelaksanaan program ini dapat dilakukan secara kolaboratif antara Bank Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), serta lembaga pendidikan dan komunitas lokal. Bentuk kegiatannya meliputi pelatihan langsung bagi pelaku UMKM di daerah dengan tingkat literasi digital rendah, disertai panduan praktik penggunaan QRIS. Dengan pendekatan partisipatif, masyarakat akan lebih mudah menerima inovasi ini sebagai bagian dari kehidupan ekonomi mereka.
Selain pelatihan langsung, Gerakan Literasi Digital QRIS dapat diperluas melalui media daring agar jangkauannya lebih luas dan berkelanjutan. Pemanfaatan platform digital seperti video edukatif, kampanye media sosial, dan webinar interaktif dapat menjadi sarana efektif untuk menyebarluaskan informasi tentang manfaat QRIS. Konten digital yang menarik dan mudah dipahami akan meningkatkan keterlibatan masyarakat, terutama generasi muda yang aktif di dunia maya. Di sisi lain, kampanye ini juga dapat menumbuhkan kesadaran kolektif akan pentingnya keamanan dan transparansi transaksi digital. Dengan demikian, literasi keuangan digital dapat tumbuh secara organik di berbagai lapisan masyarakat.
Upaya strategis berikutnya adalah mengintegrasikan literasi keuangan digital dalam sistem pendidikan formal. Sekolah menengah dan perguruan tinggi dapat mulai memperkenalkan konsep dasar keuangan digital, etika transaksi elektronik, dan manajemen keuangan berbasis teknologi. Integrasi ini tidak hanya memperluas wawasan siswa tentang sistem keuangan modern, tetapi juga menumbuhkan tanggung jawab dalam penggunaannya. Dengan memahami mekanisme kerja QRIS, siswa dapat menjadi agen literasi yang menyebarkan pengetahuan di lingkungan sosialnya. Pendekatan ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional untuk membentuk masyarakat yang cakap teknologi dan berkarakter.
Agar gagasan ini dapat berjalan optimal, diperlukan dukungan kebijakan yang mempercepat pemerataan infrastruktur digital di seluruh wilayah Indonesia. Pemerintah perlu bekerja sama dengan penyedia layanan telekomunikasi dan lembaga keuangan untuk memperluas akses internet dan layanan transaksi digital, terutama di daerah tertinggal. Program percontohan seperti digitalisasi desa dapat menjadi langkah awal dalam membangun ekosistem ekonomi digital berbasis QRIS. Dengan adanya infrastruktur yang memadai, masyarakat di pedesaan memiliki kesempatan yang sama untuk memanfaatkan teknologi keuangan modern. Hal ini juga mendukung misi inklusi keuangan nasional yang menargetkan pemerataan kesejahteraan ekonomi.
Melalui implementasi gagasan tersebut, pemanfaatan QRIS tidak hanya berfungsi sebagai alat pembayaran modern, tetapi juga sebagai instrumen pemberdayaan ekonomi masyarakat. Peningkatan literasi digital akan membantu masyarakat memahami manfaat, risiko, dan peluang yang ditawarkan oleh sistem keuangan digital. Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan komunitas akan memperkuat ekosistem digital yang aman dan berkelanjutan. Dengan berkembangnya penggunaan QRIS secara merata, Indonesia dapat mempercepat transformasi ekonomi berbasis teknologi. Masyarakat yang melek digital dan adaptif terhadap inovasi akan menjadi fondasi bagi kemajuan keuangan nasional.
Manfaat dan Kesimpulan
Implementasi gagasan Gerakan Literasi Digital QRIS memberikan sejumlah manfaat strategis bagi penguatan ekosistem keuangan digital di Indonesia. Melalui peningkatan literasi dan keterampilan digital, masyarakat—terutama pelaku UMKM—dapat memanfaatkan QRIS sebagai sarana transaksi yang aman, cepat, dan efisien. Program ini juga mendorong pemerataan akses terhadap layanan keuangan digital, sehingga mendukung terciptanya inklusi keuangan nasional. Selain itu, kolaborasi antara lembaga pendidikan, pemerintah, dan komunitas lokal mampu memperkuat budaya melek digital yang berkelanjutan. Dengan meningkatnya kesadaran dan partisipasi publik, transformasi digital di sektor keuangan akan semakin inklusif dan produktif.
Secara keseluruhan, pemanfaatan teknologi QRIS tidak hanya berfungsi sebagai inovasi dalam sistem pembayaran, tetapi juga sebagai instrumen pemberdayaan ekonomi masyarakat. Literasi digital yang meningkat akan memperluas peluang usaha, memperkuat kemandirian finansial, serta mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi berbasis teknologi. Dengan adanya sinergi antara pendidikan, kebijakan, dan teknologi, Indonesia berpotensi menjadi negara dengan sistem keuangan digital yang tangguh dan adaptif terhadap perubahan global. Oleh karena itu, penguatan literasi digital melalui QRIS merupakan langkah konkret menuju masyarakat yang cerdas, inklusif, dan berdaya dalam menghadapi era ekonomi digital.
Pemanfaatan QRIS sebagai bagian dari transformasi teknologi keuangan memiliki manfaat yang signifikan bagi peningkatan literasi digital dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Melalui penguatan edukasi, kolaborasi lintas lembaga, serta pemerataan infrastruktur digital, masyarakat dapat lebih mudah memahami dan mempraktikkan transaksi non-tunai secara aman dan efisien. Gagasan Gerakan Literasi Digital QRIS berpotensi mendorong terciptanya ekosistem ekonomi digital yang inklusif, berdaya saing, dan berkelanjutan di berbagai lapisan masyarakat. Dengan demikian, peningkatan literasi digital tidak hanya mendukung kemajuan teknologi keuangan, tetapi juga menjadi langkah strategis menuju kemandirian ekonomi nasional berbasis inovasi.