Library.uib.ac.id

Callista Josephine Tanosa 

Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Internasional Batam 

Email: 24.callista.tanosa@uib.edu 

 

Abstrak

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah pola penggunaan bahasa di kalangan generasi muda. Fenomena penggunaan bahasa non-baku, singkatan, dan campuran bahasa di media digital menunjukkan adanya perubahan signifikan terhadap budaya bahasa Indonesia. Karya ilmiah ini membahas bagaimana teknologi literasi digital dapat berperan ganda sebagai alat pelestarian sekaligus tantangan bagi keberlangsungan bahasa baku dan identitas budaya nasional. Melalui pengembangan konsep program Bahasa Generasi Digital dan platform literasi interaktif berbasis umpan balik langsung, generasi muda diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan praktik berbahasa secara nyata. Model ini mengintegrasikan teknologi, pendidikan, dan budaya untuk membentuk kesadaran linguistik serta kebanggaan terhadap bahasa Indonesia di era digital. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa literasi digital yang terarah dapat menjadi jembatan antara perkembangan teknologi dan pelestarian bahasa, menghasilkan generasi muda yang melek digital sekaligus berbudaya.

Kata kunci: literasi digital, bahasa Indonesia, budaya bahasa, generasi muda, teknologi pendidikan

Latar Belakang

Pernahkah terpikir bagaimana bahasa yang dahulu diperjuangkan dengan darah dan semangat kini perlahan berubah bentuk di ujung jari generasi digital? Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah cara generasi muda menggunakan bahasa dan berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Media sosial, aplikasi pesan instan, platform video pendek, dan mesin pencari kini semakin mendominasi ruang komunikasi anak muda. Dalam konteks literasi bahasa Indonesia, akses terhadap teknologi ini membuka ruang yang lebih luas bagi penggunaan bahasa non-baku, singkatan, campuran bahasa, dan gaya gaul daring. Penelitian menyebut bahwa penggunaan media sosial mendorong penyimpangan bahasa akibat kebutuhan berkomunikasi secara cepat dan ekspresif (Dewi & Widyastuti, 2025), sementara teknologi literasi digital juga memungkinkan siswa dan pengguna memperoleh, mengevaluasi, serta memproduksi konten berbahasa secara mandiri (Akmal et al., 2022). Namun, perubahan gaya komunikasi ini menimbulkan pertanyaan apakah pemakaian bahasa gaul dan bentuk non-baku yang meluas di kalangan anak muda justru mengakibatkan penurunan kesadaran terhadap bahasa baku, tata tulis, dan budaya bahasa Indonesia.

Peringatan Bulan Bahasa dan Sastra setiap Oktober memperkuat bahwa Bahasa Indonesia beserta sastra memiliki peran penting sebagai identitas nasional sekaligus unsur budaya yang perlu dijaga. Sejarah menunjukkan bahwa kegiatan ini berakar dari semangat persatuan bangsa yang lahir pada Kongres Pemuda II yang menegaskan penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (Caesaria, 2022). Dengan dasar tersebut, perkembangan teknologi literasi bahasa dan perubahan gaya berbahasa di kalangan muda menjadi tantangan tersendiri dalam menjaga kualitas serta fungsi budaya bahasa nasional. Di satu sisi, literasi digital memberikan peluang besar bagi generasi muda untuk mengakses bahan bacaan digital, menulis secara daring, dan mengekspresikan diri secara kreatif (Salsabila & Riadi, 2022). Di sisi lain, apabila penggunaan bahasa baku dan budaya bahasa diabaikan, dapat terjadi pergeseran norma berbahasa dan melemahnya fungsi bahasa sebagai perekat sosial dan identitas budaya. Maka dari itu, sangat penting untuk melakukan kajian mendalam mengenai bagaimana teknologi memediasi literasi bahasa di kalangan anak muda, serta dampak budaya yang mungkin timbul dari perubahan tersebut.

Ide/Gagasan dan Solusi

Anak-anak muda masa kini berada di garis terdepan dalam perubahan literasi bahasa karena mereka merupakan pengguna paling aktif teknologi komunikasi digital. Banyak di antara mereka menuliskan status, komentar, dan cerita singkat yang kerap menggunakan singkatan, emotikon, bahasa campuran, serta gaya gaul tanpa memperhatikan kaidah baku. Penelitian menemukan bahwa media sosial sangat memengaruhi penggunaan bahasa baku di kalangan siswa karena mereka menyerap bahasa gaul dari platform digital, sehingga praktik penggunaan bahasa baku dalam keseharian menjadi berkurang (Maha et al., 2024). Kondisi ini menimbulkan dilema apakah fenomena tersebut sekadar bentuk evolusi bahasa yang wajar dalam era digital atau justru menandakan adanya risiko hilangnya sebagian nilai dari budaya bahasa yang telah terawat selama ini. Jika generasi muda terbiasa menggunakan bahasa non-baku, maka kelestarian bahasa baku dan ragam budaya bahasa daerah dapat terancam. Fokus penelitian ini diarahkan pada bagaimana teknologi berperan sebagai alat sekaligus tantangan dalam literasi bahasa di kalangan anak muda dan bagaimana upaya pemeliharaan budaya bahasa dapat terus dijalankan secara relevan.

Teknologi literasi digital harus didesain sebagai sarana nyata bagi generasi muda untuk menjaga bahasa baku dan budaya bahasa Indonesia, bukan sekadar sebagai media komunikasi pasif. Akses internet, aplikasi pesan instan, platform video pendek, dan mesin pencari daring membuka ruang ekspresi sangat luas bagi anak muda, namun juga memunculkan ragam bahasa non-baku dan campuran gaya gaul. Efek positif muncul ketika literasi digital dipadukan dengan dukungan teknologi dan bimbingan yang memadai (Simamora et al., 2023). Tetapi ketika kebebasan berekspresi lewat media digital tidak diiringi kesadaran linguistik, norma baku berpotensi tergeser dan nilai budaya bahasa terkikis. Oleh sebab itu, literasi digital tidak cukup hanya memberikan akses, melainkan harus menanamkan tanggung jawab berbahasa dan kebanggaan terhadap bahasa nasional. Teknologi seperti itu harus berfungsi tidak hanya sebagai media ekspresi, melainkan juga sebagai instrumen pembentukan karakter berbahasa yang berbudaya.

Memecah jarak antara teori dan praktik memerlukan program literasi digital komunitas yang menghadirkan aksi langsung dan evaluasi instan sebagai inti metodologinya. Program Bahasa Generasi Digital, misalnya, dapat memuat tantangan menulis harian, produksi video pendek berbahasa baku, sekaligus fitur umpan balik otomatis atau ulas sejawat (peer-review). Hasil pembelajaran berbasis partisipasi digital menunjukkan bahwa minat dan ketepatan berbahasa pada siswa meningkat ketika metode dan bahan ajar disesuaikan (Faizah et al., 2024). Agar tidak menimbulkan kejenuhan, strategi kegiatan harus kreatif dan dekat dengan gaya hidup anak muda, seperti kompetisi daring (online), penghargaan digital, atau hadiah yang relevan. Modul digital atau aplikasi seluler dapat dilengkapi sistem pemantauan, koreksi, dan umpan balik terhadap ekspresi bahasa pengguna secara real time. Dengan rancangan interaktif dan bernilai edukatif, literasi digital dan budaya bahasa dapat berjalan selaras di kalangan generasi muda tanpa saling mengorbankan.

Sebuah platform literasi bahasa digital interaktif yang menggabungkan kompetisi, umpan balik otomatis, dan penghargaan konkret dapat menjembatani kesenjangan antara partisipasi dan perubahan nyata. Melalui platform tersebut pengguna dapat mengunggah tulisan, video, atau konten berbahasa Indonesia baku kemudian menerima koreksi cepat terhadap aspek tata bahasa, diksi, dan penggunaan yang kurang tepat melalui sistem teknologi dan komunitas daring. Pemanfaatan media pembelajaran digital terbukti meningkatkan keterampilan literasi Bahasa Indonesia secara positif (Yulianti et al., 2024).

Mekanisme papan peringkat dan hadiah seperti buku elektronik (e-book) eksklusif, kupon digital, atau akses ke komunitas premium dapat menumbuhkan motivasi dan antusiasme. Kolaborasi antara sekolah, perpustakaan, dan komunitas lokal dalam penyusunan modul ragam bahasa daerah menjadikan program ini bagian integral dari program nasional seperti Bulan Bahasa. Dengan langkah konkret tersebut generasi muda bukan hanya pengguna teknologi pasif melainkan pelaku aktif dalam pelestarian bahasa dan budaya melalui literasi digital.

Penguatan literasi digital dalam ranah bahasa dan budaya memberikan manfaat nyata bagi generasi muda dan masyarakat luas. Akses teknologi yang baik memungkinkan anak muda untuk mengeksplorasi konten berbahasa Indonesia, memperluas kosa kata dan memperkuat kemampuan membaca serta menulis (Nurhidayah, 2023). Selain itu, literasi digital meningkatkan kemampuan berpikir kritis anak muda dalam memilih dan menggunakan informasi di era media sosial (Cynthia & Sihotang, 2023). Manfaat lainnya ialah promosi pelestarian budaya bahasa daerah melalui platform digital yang interaktif dan relevan dengan gaya generasi muda. Kemampuan literasi digital juga menolong pengguna untuk mengakses, memahami dan memilah berbagai sumber informasi secara akurat. Dengan demikian, program literasi digital berbasis bahasa dan budaya tidak hanya memperkuat kemampuan individual, tetapi juga memperkukuh identitas dan daya saing bangsa.

Manfaat dan Kesimpulan

Penerapan literasi digital yang terarah dalam konteks bahasa dan budaya telah terbukti menjadi jalan strategis untuk menjaga eksistensi bahasa baku dan warisan budaya di era teknologi. Ketika generasi muda diberi ruang praktik nyata dan sistem umpan balik yang efektif, mereka tidak hanya menjadi konsumen teknologi tetapi juga pelaku aktif pelestarian bahasa. Namun demikian, tanpa integrasi program aksi langsung dan evaluasi yang nyata, literasi digital tetap berisiko sekadar menjadi wacana belaka. Kolaborasi antara sekolah, komunitas, lembaga budaya dan teknologi sangat diperlukan guna memastikan program tidak hanya berjalan tetapi menghasilkan perubahan. Penguatan budaya bahasa daerah dan bahasa nasional melalui media digital menyiratkan bahwa literasi digital bukan pengganti budaya, melainkan medium pelestarian dan transformasi budaya yang relevan. Dengan demikian, literasi digital dan budaya bahasa dapat berjalan bersinergi untuk membentuk generasi muda yang melek teknologi sekaligus tetap berbudaya.

Daftar Pustaka

Akmal, M. F., Anwar, M., & Eriyani, R. N. (2022). LITERASI DIGITAL PADA PENGAJARAN BIPA IKAT JERMAN. Literasi: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, 12(2), 116–123. https://doi.org/10.23969/literasi.v12i2.4926

Caesaria, S. D. (2022, Oktober 13). Sejarah Bulan Bahasa dan Sastra, Mengapa Dirayakan Setiap Oktober? Kompas.com. https://www.kompas.com/edu/read/2022/10/13/140000971/sejarah-bulan-bahasa- dan-sastra-mengapa-dirayakan-setiap-oktober-

Cynthia, R. E., & Sihotang, H. (2023). Melangkah Bersama di Era Digital: Pentingnya Literasi Digital untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta Didik. Jurnal Pendidikan Tambusai, 7(3), 31712–31723. https://jptam.org/index.php/jptam/article/download/12179/9379

Dewi, R. A. S., & Widyastuti, C. S. (2025). Pengaruh Media Sosial terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia di Kalangan Kawula Muda. RIGGS: Journal of Artificial Intelligence and Digital Business, 4(2), 6187–6192. https://doi.org/10.31004/riggs.v4i2.1585

Faizah, H., Auzar, Ulfa, R. Y., & Rahayu, S. (2024). Implementasi Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Literasi Digital di SMA Muhammadiyah 2 Kota Pekanbaru. Jurnal Pendidikan Tambusai, 8(2), 23252–23257. https://jptam.org/index.php/jptam/article/view/15400/11635

Maha, D. A. B., Fhayya, E. F., Salsabilah, P., Dalimunthe, Y., & Lubis, F. (2024). PENGARUH MEDIA SOSIAL TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA BAKU DI KALANGAN SISWA SISWI DI SUMATERA UTARA. Jurnal Inovasi Pendidikan, 7(4), 49–56. https://ojs.co.id/1/index.php/jip/article/view/978/1187

Nurhidayah, T. N. A. (2023, November 21). Mengapa Pentingnya Literasi Digital dalam Era Digital? – Perpustakaan & Kearsipan Lampung. Perpustakaan & Kearsipan Lampung. https://perpusda.lampungprov.go.id/detail-post/mengapa-pentingnya-literasi-digital-dalam-era-digital

Salsabila, & Riadi, S. (2022). IMPLEMENTASI LITERASI DIGITAL PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PEMBELAJARAN JARAK JAUH. EDUSAINTEK: Jurnal Pendidikan, Sains dan Teknologi, 9(2), 502–511. https://doi.org/10.47668/edusaintek.v9i2.513

Simamora, H., Simangunsong, J. S., Sartika, Larista, Panjaitan, J., & Lubis, F. (2023). Pengaruh Literasi Digital terhadap Keterampilan Membaca dan Menulis Bahasa Indonesia. Morfologi : Jurnal Ilmu Pendidikan, Bahasa, Sastra dan Budaya, 1(4), 158–163. https://doi.org/10.61132/morfologi.v1i6.126

Yulianti, E., Sahredin, Marlina, L., & Rayhan, Moh. (2024). Penggunaan Media Pembelajaran Digital terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Bahasa Indonesia Siswa SMP. Edu Sociata: Jurnal Pendidikan Sosiologi, 7(2), 41–49. https://doi.org/10.33627/es.v7i2.2746